Simak strategi diversifikasi investasi untuk pemula berikut supaya investasimu sukses!

 

#temanduit pernah dengar pepatah “Don’t put your eggs in one basket.”? Kalau diartikan secara harfiah, pepatah ini bermakna jangan taruh semua telur kamu dalam satu keranjang yang sama. Jadi, sewaktu-waktu salah satu keranjang jatuh dan telur-telur di dalamnya pecah, kamu masih punya beberapa telur di keranjang lainnya. Sama halnya ketika kita berinvestasi, sebaiknya jangan investasikan seluruh uangmu ke dalam satu produk investasi saja agar portofolio kamu tidak bergantung pada satu produk investasi saja.

 

Egg basket via Pixabay

Konsep inilah yang disebut diversifikasi investasi. Diversifikasi investasi adalah salah satu strategi investasi untuk meminimalisir risiko dari investasi kita. Gampangnya, kamu bisa investasikan uang kamu di beberapa produk investasi yang berbeda. Misalnya, kamu punya portofolio di salah satu produk reksa dana saham. Mengingat nilai reksa dana saham dalam jangka pendek sangat fluktuatif pergerakannya, kamu bisa meminimalisir kerugian kamu dengan menaruh sebagian portofolio kamu pada produk investasi lain yang risikonya lebih rendah, misalnya reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, atau SBN. Tapi, yang perlu kamu ingat, strategi diversifikasi investasi setiap orang mungkin berbeda, sesuai dengan kebutuhan dan tujuan investasinya juga.

Nah, sebelum kamu mulai mendiversifikasikan portofolio investasimu, simak dulu tips-tips diversifikasi investasi berikut!

 

1. Kenali profil risiko investasi kamu

Profil risiko adalah gambaran diri kita ketika harus menghadapi risiko dari investasi. Umumnya, pemula investasi kurang memahami hal ini. Sering kali mereka mengharapkan imbal hasil yang tinggi, tetapi tidak bisa menoleransi risiko yang tinggi juga. Padahal, prinsip dasar dari investasi adalah “makin tinggi imbal hasil/untungnya, makin besar juga risikonya. Semakin besar imbal hasil yang akan didapat, semakin tinggi juga risikonya. Secara umum, profil risiko terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: konservatif (toleransi yang rendah terhadap risiko), moderat (toleransi menengah terhadap risiko), dan agresif.(toleransi yang tinggi terhadap risiko).

 

Savings & investment via Alinea.id

Mengenali profil risiko dapat dilakukan saat mulai berinvestasi atau pun ketika memutuskan untuk melakukan diversifikasi investasi. Misalnya, profil risiko investasi kamu konservatif, artinya toleransi kamu terhadap risiko investasi cukup rendah. Nah, kamu bisa melakukan diversifikasi investasi dengan memperbanyak porsi investasi kamu di produk investasi yang risikonya rendah seperti reksa dana pasar uang atau Surat Berharga Negara (SBN).

2. Sesuaikan dengan tujuan dan jangka waktu investasi

 

Investment goal via Freepik

Selain mengenali profil risiko, kamu dapat menyesuaikan diversifikasi investasi kamu dengan tujuan investasi yang telah direncanakan. Misalnya jangka waktu kamu berinvestasi untuk mencapai tujuan keuangan masih cukup panjang dan kamu adalah seorang risk taker yang mengharapkan imbal hasil tinggi, kamu bisa memperbanyak porsi investasi kamu di produk reksa dana saham. Meskipun begitu, jangan lupa juga persiapkan dana darurat dengan menginvestasikan uangmu pada produk investasi risiko rendah agar mudah dicairkan.

 

3. Tentukan besarnya kebutuhan dari masing-masing tujuan keuangan

Investment goal via Freepik

Nggak kalah penting, setelah memahami profil risiko dan menetapkan tujuan investasi kamu, tentukan juga target dana yang ingin kamu capai serta berapa lama waktu untuk mencapainya. Kalau target dana dan waktu sudah ditentukan, ini akan memudahkan kamu untuk mengatur alokasi diversifikasi investasimu. Misalnya tujuan keuanganmu:

  1. Ganti HP baru akhir tahun 2021 (Rp5 juta);
  2. Biaya nikah 3 tahun lagi (Rp100 juta); dan
  3. Mulai siapin uang sekolah anak 5—10 tahun ke depan (Rp200 juta)

Ketiga tujuan keuangan di atas memiliki jangka waktu investasi yang berbeda. Nah, berdasarkan target investasi tersebut, kamu bisa melakukan diversifikasi investasi dengan menempatkan porsi investasi lebih banyak pada tujuan jangka pendek terlebih dahulu, sambil tetap rutin berinvestasi pada produk lainnya. Misalnya, biaya untuk ganti HP bisa kamu alokasikan ke produk reksa dana pasar uang karena produk ini cocok untuk tujuan jangka pendek (1—2 tahun). Sementara itu, biaya nikah ke produk reksa dana pendapatan tetap, karena produk ini cocok untuk investasi jangka waktu menengah (2—5 tahun). Kamu juga bisa alokasikan sebagian dana kamu untuk menabung mahar pernikahan melalui koleksi kartu emas digital di tanamduit, rutin setiap bulannya mulai dari 0,1 gram lho. Saat target gramasi yang kamu tercapai, kamu bisa langsung mencetaknya, lho. Kalau persiapan uang sekolah anak bisa kamu alokasikan ke reksa dana saham atau reksa dana indeks saham yang cocok untuk tujuan jangka panjang (>5 tahun).

 

 

Meskipun setiap orang memiliki strategi diversifikasi investasi yang berbeda, tips di atas dapat kamu jadikan acuan awal untuk memulai diversifikasi investasimu. Melalui aplikasi tanamduit, kamu bisa diversifikasikan investasimu dengan ragam pilihan yang tersedia, mulai dari reksa dana, SBN, hingga emas. Jadi, kamu nggak perlu repot lagi untuk pindah-pindah aplikasi, karena semua #PasAda di tanamduit~ Yuk, investasi di tanamduit sekarang!

 

 

Penulis: Syafira Maulida